Kuliah Jarak Jauh UT Menembus Dunia Bersama Atdikbud

Universitas Terbuka (UT) kini makin diminati karena telah teruji menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin meningkatkan kompetensinya melalui kuliah tanpa meninggalkan pekerjaannya. Sebagai pelopor pendidikan jarak jauh di Indonesia, UT terus berkomitmen dalam meningkatkan akses layanan pendidikan jarak jauh, bukan hanya bagi masyarakat yang ada di Indonesia, tetapi juga yang berada di luar negeri.

Akses layanan UT pun telah menembus dunia. Tercatat, mahasiswa UT yang ada di luar negeri pada tahun 2023 sebanyak 3.218 orang yang tersebar di lebih 50 negara.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia melalui Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) selalu mendukung kiprah UT dalam perluasan akses pendidikan tinggi jarak jauh tersebut. Salah satu diantaranya melibatkan UT dalam setiap pertemuan tahunan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud).

Pada tahun 2023 ini, BKHM - Kemendikbudristek menyelenggarakan Rapat Koordinasi (rakor) Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) dan Wakil Delegasi Tetap RI untuk Unesco di Bali, pada tanggal 2 sd 8 Juli 2023. Dari 19 Atdikbud yang ada di seluruh negara, hadir 17 Atdikbud yaitu Atdikbud di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kualalumpur, Singapura, Bangkok, Beijing, Tokyo, Moscow, Paris, Den Haaq, London, Washington DC., Riyadh, Kairo, Manila, Seoul, New Delhi, Berlin, dan Dili.

Pada rakor kali ini, Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D.  diundang sebagai narasumber pada salah satu sesi dengan topik: "Sosialisasi Program Internasionalisasi  Pendidikan Terbuka Jarak Jauh Universitas Terbuka ".

Dalam paparannya Prof. Ojat menyampaikan bahwa daya jangkau layanan pendidikan UT bagi PMI atau WNI di luar negeri diperkuat dengan pondasi penandatanganan Nota Kesepahaman antara UT dengan Kementerian Luar Negeri pada tanggal 7 Februari 2012 dan telah diperbaharui pada tahun 2019. Nota Kesepahaman tersebut berisi tentang kesepakatan Peningkatan Akses dan Penyelenggaraan Layanan Pendidikan Tinggi di Luar Negeri melalui Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh salah satu poin penting diwujudkan melalui pertemuan rutin tahunan dengan para Atdikbud RI.

Agenda pertemuan rutin kali ini menjadi sangat menarik karena dari 17 Atdikbud yang hadir sangat antusias menyimak dan menyampaikan tanggapan atas paparan Prof. Ojat tentang internasionalisasi pendidikan tinggi jarak jauh UT.

Beberapa tanggapan dan pertanyaan dalam forum tersebut antara lain Atdikbud Manila Prof. Aisyah Endah Palupi, M.Pd. menyampaikan usulan agar UT bisa mengakses masyarakat keturunan Indonesia khususnya  bagi lulusan SMA di pinggiran Mindano. "Program Pendidikan Jarak jauh (PJJ) UT bisa menjadi solusi bagi warga keturunan Indonesia di pinggiran Manila dengan kondisi ekonomi pra sejahtera dan undocumented. Dengan kuliah diharapkan taraf kehidupannya bisa meningkat ke depannya," tutur Bu Aisyah.

Antusias bisa kuliah PJJ di UT juga diungkap oleh Atdikbud Timor Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc. khususnya para staf KBRI untuk bisa kuliah secara daring di Sekolah Pascasarjana tingkat Magister dan Doktoral sehingga mereka bisa kuliah tanpa meninggalkan pekerjaannya. Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc. menyampaikan sesudah rakor ini akan segera mengimplementasikan perkuliahan jarak jauh UT dengan kelas khusus Timor Leste.

Semangat yang sama disampaikan oleh Atdikbud Riyadh, Badrus Sholeh, S.Ag., M.A. "UT sangat diminati para pekerja migran Indonesia (PMI) dan mahasiswa UT di Riyadh terbanyak di kawasan Arab Saudi. “UT menjadi jawaban bagi PMI yang ingin kuliah namun tetap bisa sambil bekerja," ungkap Atdikbud Riyadh. Beliau pun antusias akan mengedukasi para PMI agar berwawasan maju dengan kuliah PJJ UT. Potensi yang bisa digali masih sangat besar karena di kawasan Riyadh ada sekitar 800 ribu PMI. Banyaknya jumlah mahasiswa UT di Riyadh, maka ke depan potensi kerja sama dengan universitas setempat sangat memungkinkan untuk dirintis.

Hal ini sejalan dengan arahan dari Kemendikbudristek agar universitas mengembangkan skema kerja sama dengan universitas-universitas di luar negeri. Kolaborasi UT dengan universitas di luar negeri misal bisa diwujudkan dengan pengembangan program dual degree, pemagangan sehingga saat lulus bisa mendapatkan ijazah UT plus sertifikat magang dari PT mitra.

Atdikbud KBRI Beijing, Yudil Chatim, S.K.M., M.Ed. pun bersemangat akan mendukung perintisan skema kerja sama UT dengan salah satu universitas di Hongkong. Beliau menyampaikan para mahasiswa UT di Hongkong sangat menginginkan kehidupan sosial menjadi mahasiswa seperti universitas reguler dengan masuk area kampus dan mengunjungi perpustakaan dari universitas di area Hongkong. "Saya salut dengan kegigihan para mahasiswa UT di Hongkong yang rata-rata para PMI dengan menyempatkan waktu belajar saat jam-jam istirahat malam," ujar Pak Yudil.

Di akhir acara sosialisasi internasionalisasi PJJ UT,  Wakil Delegasi Tetap RI untuk Unesco tahun 2023 Prof. Dr. Ismunandar  menyampaikan bahwa UT kini sangat canggih dengan adanya wadah Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I) yang telah menawarkan paket-paket mata kuliah Microcredential  sehingga bisa diakses juga oleh mahasiswa UT maupun para PMI di luar negeri. Rektor UT pun menambahkan, ICE-I UT adalah lokapasar digital untuk matakuliah daring berkualitas yang disediakan oleh konsorsium mitra-mitra PTN dan PTS terkenal di Indonesia.  "UT ditunjuk oleh Kemedikbudristek untuk menjadi ketua konsorsium dari wadah ICE-I ini. Dengan demikian ICE-I bersama UT dapat memfasilitasi pemenuhan kebutuhan lifelong learner dengan penyediaan layanan pembelajaran daring dan pendidikan jarak jauh secara free kapan pun dan dimana pun," jelas Prof. Ojat.

UT ke depannya terus melakukan peningkatan perluasan akses dan pemerataan kualitas pendidikan untuk mendorong Angka Partisipasi Pendidikan (APK) menjadi 40%.