The 21st CEF: Embracing Artificial Intelligence for Online Learning

Indonesian Cyber Education Institute (ICE-I) berkomitmen penuh dalam menyelenggarakan forum-forum dengan tema-tema menarik seputar pembelajaran online. Salah satunya adalah melalui Cyber Education Forum (CEF) yang selalu konsisten diselenggarakan. Pada Rabu (29/03/2023), ICE-I sukses menggelar CEF seri ke-21 dengan tema “Embracing Artificial Intelligence for Online Learning”. Forum ini dihadiri oleh peserta melalui Zoom Meeting sekaligus disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube UT TV yang disaksikan oleh 668 viewers.

Forum ini dimoderatori oleh Ami Hibatul Jameel, S.Pd., M.A. dari ICE-I, serta dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja Sama UT Rahmat Budiman, M.Hum., Ph.D. dan Koordinator Bidang Pengembangan Konten pada ICE-I Dra. Rahayu Dwi Riyanti, M.A. Selain itu, CEF kali ini pun kembali menghadirkan narasumber-narasumber berkualitas yang ahli pada bidangnya, yaitu Digital Career Platform Specialist Asian Development Bank, Randeep Sudan; Kepala Departemen Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Dr. Henry Praherdhiono, M.Pd.; dan IT Development Consultant ICE-I, Dr. Kokoy Siti Komariah, S.Kom., M.T., M.Eng.

Wakil Rektor Bidang Pengembangan Institusi dan Kerja Sama UT Rahmat Budiman, M.Hum., Ph.D. pun membuka acara dengan sambutan yang hangat kepada seluruh narasumber dan peserta forum yang telah menyempatkan waktu untuk berpartisipasi pada forum ini. Beliau menyampaikan bahwa sejak awal Artificial Intelligence (AI) diperkenalkan kepada dunia, teknologi ini telah berevolusi, dan maju dengan pesat saat ini, yang tentunya tidak terlepas dari perkembangan teknologi itu sendiri, sehingga AI telah menjadi bagian yang sudah umum dipakai di bidang pembelajaran daring. Sebagai penutup, Rahmat Budiman mengharapkan agar CEF ke-21 ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi seluruh peserta forum, hingga semakin familiar dengan AI dan dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran online.

Selanjutnya, Koordinator Bidang Pengembangan Konten pada ICE-I, Dra. Rahayu Dwi Riyanti, M.A. pun menyampaikan sambutan pembuka. Beliau mengucapkan apresiasinya kepada para narasumber yang akan membagikan pengetahuan dan pengalamannya sebagai ahli di bidang AI. “Topik ini sangat menarik, karenanya kami harap topik ini dapat menginspirasi khususnya para dosen untuk menciptakan pengalaman PJJ yang lebih baik dan menarik bagi mahasiswa,” tutup Bu Rahayu.

Randeep Sudan, Digital Career Platform Specialist Asian Development Bank, pun berkesempatan menjadi pembicara pertama dalam forum ini. Randeep Sudan membawakan topik “How to Integrate AI in Online Learning”. Menurut Beliau, secara garis besar, terdapat tiga hal terkait bagaimana mengintegrasikan AI dalam pembelajaran daring. Pertama, AI dapat dipergunakan dalam Data Driven Decision Making (DDDM) dalam konteks pendidikan tinggi, seperti menghasilkan data-data terkait kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini, keterampilan apa saja yang sedang on-demand saat ini, dan sebagainya. Kedua, menggunakan AI untuk secara berkala menyempurnakan kurikulum. Hal ini dikarenakan dinamisnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memerlukan penyegaran kembali dalam pembuatan kurikulum. Ketiga, mempergunakan AI untuk menciptakan metode pembelajaran yang ter-personalisasi untuk setiap pelajar/mahasiswa, sehingga metode pembelajaran tepat daya dan tepat guna.

Narasumber kedua, Kepala Departemen Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Dr. Henry Praherdhiono, M.Pd. menyampaikan presentasinya dengan topik “Bridge Between Human Intelligence and Artificial Intelligence in the Educational Domain”. Hal yang menjadi pokok bahasan Dr. Henry Praherdhiono adalah bagaimana hubungan antara kecerdasan manusia (Human Intelligence) dengan kecerdasan buatan (Artifcial Intelligence atau AI). Beliau menyampaikan, bahwa terdapat dua sisi pandangan terkait berkembangnya AI di dunia saat ini. Perkembangan AI memiliki sisi positif yaitu teknologi yang bersifat adaptif dan asistif, sehingga memiliki nilai bantu yang sangat besar dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran daring. Namun, perkembangan AI juga memiliki sisi negatif, yaitu AI dapat bersifat disruptif dan mengambil alih pekerjaan manusia sehingga mempersempit kebutuhan lapangan pekerjaan. Beliau pun menambahkan, “Terdapat opini ‘menyeramkan’ yaitu AI ini nantinya akan memiliki level kecerdasan yang setingkat bahkan melebihi kecerdasan manusia, namun terdapat second opinion yaitu AI hanya sebatas buatan manusia dan masih membutuhkan human input untuk membangun sistem AI tersebut”. Dr. Henry pun menekankan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dengan perkembangan AI. Pada akhirnya, hubungan human intelligence dan artificial intelligence dalam lingkup pendidikan adalah hubungan timbal balik, di mana AI dapat membantu kecerdasan manusia dalam implementasinya, serta manusia pun terus mendukung perkembangan AI yang nantinya dipergunakan untuk kepentingan seluruh umat manusia.

Terakhir, IT Development Consultant ICE-I, Dr. Kokoy Siti Komariah, S.Kom., M.T., M.Eng. pun turut membagikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya di bidang AI. Beliau mengangkat tema “Artificial Intelligence Innovations in Online Learning”. Terdapat 3 (tiga) bahasan dalam paparannya.

Bahasan pertama adalah kegunaan AI dalam pembelajaran daring. Menurutnya, penggunaan AI dalam pembelajaran daring memiliki keuntungan yaitu dapat membantu baik pengajar/dosen maupun pelajar/mahasiswa. Menurutnya, AI dapat membantu menghemat waktu dosen dalam mempersiapkan materi pembelajaran, dapat membantu dosen mendapatkan feedback yang holistic atas pekerjaan dan kompetensi mahasiswa, serta AI dapat membantu mahasiswa dalam memperoleh pemahaman yang komprehensif melalui tutor oleh AI. Bahasan kedua yang diangkat Dr. Kokoy adalah inovasi-inovasi AI dalam pembelajaran daring yang membantu PJJ, seperti pembelajaran yang lebih ter-personalisasi sehingga tepat sasaran, serta bantuan-bantuan AI dalam bidang yang sifatnya administratif sehingga menghemat biaya dan waktu pengajar dan pelajar. Topik ketiga yang Beliau bahas adalah tantangan dalam penggunaan AI dalam pembelajaran daring di masa depan. Beliau turut pula menyampaikan bahwa AI masih membutuhkan pertimbangan karena membutuhkan biaya besar, membutuhkan keahlian khusus di bidangnya yang mana saat ini belum terlalu umum di masyarakat. Selain itu terdapat pula tantangan pada urusan etika, yang mana masih menjadi perdebatan saat ini, apakah AI menjadi “jalan pintas” sehingga mengurangi kompetensi pelajar, atau justru memberikan bantuan yang secukupnya dan menjadi pacuan pelajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang selalu memiliki dua sisi, positif dan negatif. Karenanya, sebagai akademisi, pihak ICE-I dan UT pun selalu memberikan pemahaman dan berusaha mendiskusikan topik-topik tersebut melalui forum, sehingga mencerahkan pemikiran masyarakat luas. CEF pun diselenggarakan dengan misi mulia untuk terus mencerdaskan kehidupan bangsa, dan berakar pada salah satu misi utama UT dan ICE-I yaitu untuk mendiseminasikan pengetahuan dan penelitian yang memiliki nilai guna besar bagi masyarakat.