Hobi Berdiskusi, Raih IPK Memuaskan

Ungkapan "Gapailah Cita-cita Setinggi Langit" seperti sudah tertanam di dalam hati sanubari Arifin, seorang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Bengkulu, warga Desa Pasar Ipuh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu ini.

Arifin mahasiswa UPBJJ-UT Bengkulu

Meski ayah dari Fatur A. Fathir ini dilahirkan dalam kondisi tangan kiri dan kanannya tak sempurna seperti teman-temannya, ia tetap semangat mengapai cita-citanya di usia yang mengijak 34 tahun. Ia tetap kosisten menempuh pendidikan di UT dengan mengambil jurusan Administrasi Negara (AN), saat ini pria yang hobi berorganisasi ini duduk di semester enam akhir.

Pembawaanya tenang dan bicarapun lantang, memperlihatkan Arifin merupakan sosok yang tegar dan penuh percaya diri. Jadi, wajar saja, pria yang mengaku setiap tutorial selalu ingin mengajak tutornya berdiskusi ini mengukir prestasi akademik yang cukup gemilang. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) suami dari Fitri Handayani ini memuaskan dengan IPK 3,09. "Dulu sebelum saya kuliah di UT, saya ingin sekali menjadi pengacara dengan mengambil jurusan hukum. Tapi keinginan itu sulit terwujud, karena di Ipuh hanya ada UT dan karena UT tidak ada jurusan hukum, akhirnya saya menjatuhkan pilihan saya mengambil jurusan administrasi negara," tutur Arifin seraya mengaku pernah bekerja sebagai penjual ikan ini.

Arifin lahir di Pasar Ipuh, 27 Juni 1978 dari seorang ibu bernama Siti Zainah. Sejak lahir kondisi fisiknya sudah tak sempurna. Ia agak susah menulis secara normal. Makanya setiap mengikuti ujian semester, ia tidak duduk di bangku atau menulis di meja. Ia lebih memilih menulis jawaban di lantai. Hal itu malah tidak menyulitkannya menulis jawaban ujian. Walaupun demikian, ia selalu tepat waktu menjawab soal-soal ujian. "Saya setiap tutorial lebih suka berdiskusi, bertukar pikiran dengan kawan-kawan sesama mahasiswa dan tutor. Karena saya merasakan perbedaan, ketika tutorial hanya berjalan seadaanya tanpa diskusi dengan tutorial yang penuh diwarnai diskusi. Kalau kita berdiskusi, saya yakin ilmu dalam modul akan lebih cepat dimengerti," ungkap Ketua Karang Taruna Pasar Ipuh ini.

Ia menceritakan mulai dari duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dilanjutkan SMP dan menamatkan SMA di Ipuh pada tahun 1997, ia tidak merasa minder dengan ketidaksempurnaan fisiknya. Sekolah dan belajar seperti biasa, tak ada keraguan sedikitpun untuk menunaikan kewajiban mencari ilmu. Hanya saja, selepas menamatkan SMA, ia tak langsung melanjutkan di bangku perguruan tinggi. Ini lantaran terbentur ekonomi keluarga yang saat itu tidak mendukung. "Kesempatan saya menambah ilmu di bangku kuliah 2010 lalu. Saya memilih UT sebagai tempat saya mengaktualisasikan diri mengapai ilmu setinggi-tingginya," tutur Arifin yang saat ini bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang listrik ini.

Kuliah di UT, kata dia, seperti air mengalir, meski demikian dibutuhkan pro aktif dari semua pihak, terutama mahasiswa. Para mahasiswa hendaknya jangan hanya menerima pemaparan dari tutor, tetapi alangkah baiknya mahasiswa yang menjadi pemicu penggalian ilmu bersama tutor. Sehingga akan berdampak pada kesadaran menuntut ilmu dengan serius dan sungguh-sungguh.

"Kalau soal pekerjaan saya tidak milih-milih. Saya pernah menjadi tukang ikan, berkeliling menjual ikan, menjadi makelar tanah. Itu saya lakukan asalkan saya mendapatkan uang halal hasil jeripayah saya sendiri. Saya tidak mau tergantung dengan orang lain. Makanya saya bertekad kuliah ini, supaya ada modal kedepan dalam menghadapi tantangan kehidupan yang saya yakin akan lebih berat lagi," ungkap Ketua Ormas Gerakan Rakyat Sadar Hukum Indonesia Kabupaten Mukomuko ini. (Iqbal,UPBJJ-UT Bengkulu)

Share This Post

Share